Ketika ummat islam kembali sadar akan dirinya sendiri yang tidak bisa lepas dari Al-Qur’an sebagai sumber utama dari ajaran agama ini, maka kegiatan belajar dan mengajar atau mengaji Al-Qur’an menjadi kegiatan yang utama dalam thalabul ilmi (mencari ilmu).
Mencari ilmu juga merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana wajibnya sholat, zakat, puasa, dan haji, maka menuntut ilmu juga mempunya kewajiban dengan syarat-syarat tertentu dan waktu-waktu tertentu. Jika shalat dhuhur dikerjakan waktu dhuhur ketika matahari lewat tengah hari, ashar dikerjakan sore hari, dan seterusnya, maka menuntut ilmu dilakukan sepanjang hayat, minal mahdi ilal lahdi (dari ayunan sampai liang lahat).
Menuntut ilmu dengan mengaji al-Qur’an atau belajar dan mengajarkan al-Qur’an, menjadikan orang-orang yang berkecimpung didalamnya, baik yang belajar maupun mengajarkannya, guru atau muridnya, ustadz maupun jama’ahnya, digolongkan ke dalam golongan sebaik-baik manusia. Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ عُثْمَانَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ. البخارى
Dari Utsman (bin Affan) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 108]Dalam hadits ini yang disebut golongan yang terbaik adalah orang-orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Bukan belajar yang lain dari ilmu-ilmu yang terbentang di alam ini. Jika belajar ilmu-ilmu yang lain (keduniaan) kemudian diikuti dengan belajar Al-Qur’an, maka ilmu-ilmu tersebut akan semakin mengantarkan kepada keimanan dan keislaman yang lebih. Sementara jika hanya mempelajari ilmu dunia dengan mengabaikan Al-Qur’an, maka keilmuannya itu akan semakin menjauhkannya dari Allah.
Rasanya aneh ketika Rasulullah SAW sudah bersabda demikian, namun justru ada yang (seolah/seakan) menakut-nakuti ummat ketika hendak mempelajari Al-Qur’an. Al-Qur’an itu ibarat herbal, jangan belajar al-Qur’an langsung, nanti kamu kena racunnya. Atau ibarat minyak bumi, belajar Al-Qur’an langsung itu bagaikan orang yang ngebor minyak langsung dari sumbernya.
Sehingga minyak mentah yang didapat masih perlu di olah, atau malah-malah salah ngebor yang keluar semburan lumpur atau api. Mendingan ambil saja dari pomp bensin yang sudah jelas siap pakai, demikian kata mereka. Tentu ibarat/perumpamaan ini tidak bisa diterima, karena Al-Qur’an sendiri sudah menyatakan bahwa dirinya adalah petunjuk jalan yang lebih lurus. (QS : 17 : 9)
Kembali kepada pernyataan Nabi SAW yang tentunya lebih kita yakini dari pada ucapan-ucapan manusia yang belum jelas kebenarannya atau malah sudah jelas kesalahannya karena nyata-nyata bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah.
Pertama, sebaik-baik manusia adalah orang yang belajar mengaji Al-Qur’an.
Ini sudah kita buktikan, bahwa dengan dibukanya pengajian-pengajian Al-Qur’an, orang-orang yang diberi hidayah Allah SWT untuk melangkah di jalan yang benar,berbondong-bondong mendatanginya.
Dari hasil mengaji kita juga melihat dan merasakan perubahan yang signifikan mereka yang berhijrah dari kesesatan kepada petunjuk, dari keburukan / kejahatan kepada kebaikan. Dampak-dampak positif yang lain sebagai bukti sabda Nabi SAW “khoirunnas” masih banyak lagi yang tidak bisa dijabarkan disini.
Kedua, setelah mempelajari Al-Qur’an mereka juga punya keinginan yang kuat untuk mengajarkan Al-Qur’an itu kepada orang lain. Ini juga terbukti, ketika ada seseorang yang datang ke pengajian mula-mula hanya sendirian, berikutnya datang lagi dengan mengajak keluarganya, kerabatnya, sahabatnya dan seterusnya sampai-sampai ada kepala perusahaan mengajak seluruh karyawannya untuk datang di pengajian ahad pagi.
Munculnya binaan-binaan baru dan permintaan dari daerah-daerah untuk diresmikan sebagai cabang dan perwakilan MTA, juga merupakan bukti bahwa belajar dan mengajar Al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan yang mendatangkan kebaikan-kebaikan.
Metode yang diterapkan di MTA sebetulnya cukup sederhana. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang mafhumnya orang muslim satu sama lain seperti bangunan yang saling menguatkan, maka yang bisa mengajar yang belum bisa, yang tau memberi tau yang belum tau, yang ingat mengingatkan yang lupa, prinsip-prinsip tawashaw dan amar ma’ruf nahi munkar ditegakkan sehingga kegiatan mengaji berjalan dalam kebersamaan (jama’ah). Mengingat latar belakang pendidikan, status sosial, pekerjaan, pangkat, jabatan, kepandaian yang berbeda-beda tidak menghalangi untuk saling melengkapi. Jangan heran juga ketika ada kajian yang ngisi status sosialnya rendah, sementara yang diisi ada yang pak lurah, dosen, dokter, polisi, TNI, dll. Keadaan seperti ini ternyata justru menarik dan membuat mereka yang hendak masuk ke dalam komunitas kita tidak canggung dan ragu-ragu. Semua yang ada di dalamnya punya niat dan tekad yang sama untuk mengaji Al-Qur’an.Benarlah sya’ir yang menyatakan bahwa salah satu “tombo ati” (obat sakit-sakit hati) adalah membaca Al-Qur’an dengan disertai membaca dan merenung maknanya. Sayang jika ini hanya berhenti pada syair-syair tidak merasuk ke dalam jiwa sebagai ilmu yang harus dijalankan.
Gelar sebagai sebaik-baik ummat juga dinyatakan Allah SWT dalam firmannya :
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ تَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ، وَ لَوْ امَنَ اَهْلُ اْلكِتبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ، مِنْهُمُ اْلمُؤْمِنُوْنَ وَ اَكْثَرُهُمُ اْلفسِقُوْنَ. ال عمران
Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq. (QS. Ali Imraan [3] : 110)Ummat Islam adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk menusia. Ini sebagai perbandingan dengan ummat-ummat sebelumnya yang juga sama-sama diberi Al-Kitab oleh Allah.
Kebaikan ummat Islam bukan sekedar lebel yang disematkan pada dirinya, bukan sekedar pengakuan, bukan sekedar status yang tertera di kartu identitas. Namun kebaikan ummat Islam ini menuntut untuk menunjukkan realisasi sebagai bukti nyata.
Ciri yang pertama ummat Islam disebut ummat yang terbaik adalah menyuruh kepada kebaikan. Mengajak kepada segala perbuatan yang baik menurut tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah.
Maka di sini ajakan mengaji, belajar al-Qur’an, mendengarkan radio dakwah yang berisikan ceramah-ceramah keagamaan, bergabung ke dalam komunitas yang didalamnya diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang menambah keimanan dan keislaman adalah bagian dari ‘amar ma’ruf, bagian dari dakwah ilal haq.
Kondisi kebersamaan di atas akan terus berjalan dengan indah sepanjang amar ma’ruf senantiasa diserukan dan disambut dengan kemesraan. Rupanya musuh-musuh kebaikan yaitu setan dari golongan jin dan manusia tidak akan pernah nyaman dengan kondisi ini sehingga bisikan-bisikan kejahatan yang merusak indahnya kebersamaan akan selalu dihembuskan, sehingga akan ada yang condong kepada ketidakbaikan, tidak disiplin, dan mengajak bermaksiat.
Maka disini ciri yang kedua adalah mencegah dari yang mungkar. Jika ada gejala-gejala timbulnya kemungkaran makan bersegeralah menegurnya.
Sebaliknya jika ummat islam tidak menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka mereka tidak lagi digolongkan kepada ummat yang terbaik. Malahan menjadi ummat yang terburuk, dan karena amar ma’ruf nahi munkar tidak ditegakkan, maka keburukan-keburukan berupa bencana dan fitnah serta kerusakan-kerusakan, kemunduran demi kemunduran akan menimpa ummat ini.
Apalagi jika semua tidak lagi dilandasi karena keimanan kepada Allah, yang ada hanyalah saling menjatuhkan satu sama lain, saling memfitnah, saling mengadu domba dan hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya. Maka keimanan adalah ciri berikutnya yang melandasi kegiatan amar ma’ruf nahi munkar.
Dikelanjutan ayat Allah menyatakan, sekiranya ahli kitab itu mau beriman, sehingga dengan keimanannya itu mau menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar maka akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Tetapi sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian yang lain kafir. Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman atau fasik. Akankah kondisi seperti ini juga terjadi dikalangan muslimin ? apakah sebagaian muslimin beriman dan sebagian yang lain kafir, dan jumlah yang kafir lebih banyak ?
Marilah kita evaluasi bersama, dengan adanya lembaga yang mewadahi kegiatan mengaji ini berapakah yang mau bergabung ke dalamnya untuk belajar Al-Qur’an dan mengajarkan Al-Qur’an, untuk amar ma’ruf dan nahi munkar, untuk meningkatkan keimanan dan keislaman serta ketaqwaan diri dengan berbagai kegiatan jihad fii sabiilillah, serta menjaga diri dari godaan-godaan setan yang menjerat manusia untuk berbuat maksiat.
Semoga kita termasuk bagian dari golongan UMMAT TERBAIK ! Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar