Ikutilah kemana Al-Qur'an Itu berjalan, karena merupakan jalan ke surga

Sabtu, 07 Februari 2015

Mush’ab bin Umair

Mush’ab bin Umair adalah seorang remaja yang sangat tampan dan tinggal di kota Mekkah. Orang tuanya adalah orang yang memiliki banyak harta. Dengan hartanya itu, mereka mampu memberikan segala kemewahan kepada Mush’ab. Sejak usia muda, Mush’ab telah aktif di beberapa majelis. Saat itu, ia juga mendengar berita tentang seseorang bernama Muhammad yang mengaku sebagai Rasul Allah. Awalnya, Mush’ab merasa ragu untuk mencari tahu tentang ajaran Nabi Muhammad. Namun karena rasa penasaran, ia pun berkeinginan menghadiri majelis kaum Muslim. Nabi Muhammad dan pengikutnya mengadakan majelis secara sembunyi-sembunyi. Pertemuan kaum Muslim dan Nabi Muhammad dilakukan di rumah Arqam bin Abil Arqam, di Bukit syafa.

Mush’ab pun datang ke majelis itu. Dalam majelis itu, Rasulullah mengalunkan bacaan Al-Quran dengan indah. Hati Mush’ab menjadi tersentuh. Sejak saat itu, tidak ada lagi keraguan dalam hati Mush’ab tentang kebenaran ajaran Nabi Muhammad. Mush’ab bin Umair menyatakan kalimat syahadat. Sebenarnya, tidak ada ketakutan pada diri Mush’ab setelah memeluk agama Islam. Ia tidak takut dengan gangguan dari kaum Quraisy. Namun, ia perlu menyembunyikan keislamannya karena ia tidak ingin ibunya mengetahui hal itu. Ibu Mush’ab bernama Khunas binti Malik. Ia adalah wanita yang sangat teguh pendiriannya. Pada masa itu, Mush’ab selalu pergi ke tempat majelis Nabi Muhammad secara diam-diam, ia tidak ingin orang tuanya mengetahui keislamannya. Namun, tetap saja ada orang-orang yang melihatnya pergi ke majelis kaum muslim dan disampaikan kepada ibunya. Akhirnya, keluarga Mush’ab mengetahui keislaman Mush’ab.



Saat sampai di rumah, Mush’ab menghadapi kemarahan orang tua dan para pemimpin Quraisy yang sudah menunggu kedatangannya. Ibunya meminta Mush’ab untuk meninggalkan ajaran Nabi Muhammad. Namun, Mush’ab menyatakan tetap pada keyakinannya. Ibu Mush’ab menjadi sangat marah mendengar perkataan Mush’ab. Kemudian, Mush’ab dibawa ke suatu rumah terpencil. Ia dipenjarakan di rumah tersebut. Setelah beberapa lama terkurung, Mush’ab berhasil meloloskan diri. Kemudian Mush’ab ikut berhijrah ke Habsyah bersama sejumlah kaum Muslim. Setelah beberapa waktu, ia kembali ke Mekkah. Selama itu, ia telah berhasil menyesuaikan diri dengan kehidupannya yang serba kekurangan. Ketika itu, ia mengutamakan ketaatan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya

Pada suatu ketika, Rasulullah dan kaum Muslim sedang berkumpul. Di antara mereka terdapat Mush’ab bin Umair. Orang-orang memandang Mush’ab penuh keharusan. Tidak sedikit kaum muslim yang meneteskan air mata ketika melihat Mush’ab. Terbayang dalam pikiran mereka bahwa keadaan Mush’ab saat ini jauh berbeda dengan yang dahulu. Saat itu, Mush’ab memakai jubah yang sudah using dan ditambal disana sini, padahal dahulu Mush’ab selalu memakai baju yang bagus dan wangi. Sementara itu, Nabi Muhammad melihatnya dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan. Rasulullah tersenyum dan kemudian berkata, “Dahulu aku tidak melihat seseorang memperoleh kesenangan dari orang tuanya seperti halnya Mush’ab. Namun, ia meninggalkan semua kesenangan itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya”. Demikianlah, Mush’ab yang hidup miskin masih memegang teguh ajaran agama Islam.
Mush'ab bin Umair ikut gugur Di Medan Perang Uhud. Rasulullah memandang ke arah jasad Mush’ab dan bersabda, “Dahulu ketika di Mekkah, aku tidak melihat seorang pun lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya dari padanya (Mush’ab). Namun saat ini, rambutmu kusut masai, (tubuhmu) hanya dibalut dengan sehelai burdah”. Kemudian, Rasulullah melayangkan pandangannya ke seluruh jasad-jasad para syuhada dan berseru, “Sungguh Rasulullah akan menjadi saksi pada hari kiamat nanti bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah”. Kepada para sahabat yang masih hidup, Rasulullah mengingatkan pengorbanan Mush’ab. Mush’ab bin Umair mengorbankan kesenangan duniawi untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar